Jumat, 08 Maret 2013

RAHASIA HURUF JAWA

NASEHAT DARI AKSARA JAWA

Huruf atau carakan Jawa yakni ha na ca ra ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun) dari Tuhan YME di tanah Jawa.

A. Pembukaan Huruf Jawa

1. Huruf Ha

Berarti ‘hidup’, atau huruf berarti juga ada hidup, sebab memang hidup itu ada, karena ada yang menghidupi atau yang memberi hidup, hidup itu adalah sendirian dalam arti abadi atau langgeng tidak terkena kematian dalam menghadapi segala keadaan. Hidup tersebut terdiri atas 4 unsur yaitu:

a. Api
b. Angin
c. Bumi
d. Air

2. Huruf Na

Berari ‘nur’ atau cahaya, yakni cahaya dari Tuhan YME dan terletak pada sifat manusia.

3.

Ki Ageng Mangir dan Roro Pembayun, Genetika Sebuah Arti Kepemimpinan

Bercerita tentang Ki Ageng Mangir dan keturunannya adalah bercerita tentang pendidikan kepemimpinan di masa depan, sejarah Ki Ageng Mangir dan Roro Pembayun adalah sejarah panjang yang berkaitan erat dengan dunia kepemimpinan di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Tak terbayangkan bagaimana seorang Ki Ageng Gribig di Klaten Jawa Tengah, Syech Muhyi di Pamijahan, Tasikmalaya, Untung Suropati di Bangil Ki Ageng Perwata Sari di Cilacap berasal dari satu galur yang sama : Ki Ageng Mangir Roro Pembayun. Lebih jauh lagi mendekati kekinian terkisahlah Basuki Abdullah, Raden Saleh, Kartosuwiryo Pramudya Ananta Tur serta tokoh kontroversial Kusni Kasdut, inilah genetika unik dari seorang Ki Ageng Mangir yang melahirkan tokoh tokoh pelukis sejarah dalam perjalanan Nusantara. Ki Ageng Mangir dan Roro Pembayun melahirkan banyak generasi pembebas atau generasi Free Thinker, seorang yang kukuh pada prinsip kebebasan namun sejalan dengan itu mereka memimpin begitu banyak pemberontakan. Bicara kepemimpinan yang diwariskan oleh Ki Ageng Mangir adalah sebuah kepemimpinan kolektif yang selalu melawan kemapanan, kemapanan dilawan dengan perjuangan yang dilakoni penuh kepedihan, seperti leluhurku Ki Ageng Mangir, sebuah darah raktay yang menikahi darah Ningrat sehingga melahirkan para manajer sejarah, pelaku sejarah asli yang menorehkan jejak , baik yang harum maupun yang kelam.

Rabu, 13 Februari 2013

Mengaji sejenak tentang ilmu. By Hasnan Habib Kota Depok

Ilmu disebut bermanfaat apabila mengandung kebaikan (maslahat), memiliki nilai-nilai positif bagi sesama manusia ataupun alam. Namun, manfaat tersebut menjadi kecil artinya bila faktanya tidak membuat pemiliknya semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Imam Malik bin Anas RA (wafat 179 H) mendiskripsikan tentang ilmu yang bermanfaat itu. Ia berkata, "Yang disebut ilmu bermanfaat itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan sesuatu (hadis), melainkan nur (cahaya) Allah yang Mahasuci yang dimasukkan ke dalam hati manusia, yang selalu menerangi pemiliknya dalam setiap saat, baik dalam keadaan jelas (zhahir) atau tersembunyi (khali).'' Dengan ilmu, derajat seseorang akan terangkat, menyelami hidup ini dengan penuh semangat dan optimistis, terbukanya tabir kegelapan, serta semakin kokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ''Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian dengan beberapa derajat.'' (QS Al-Mujadalah [58]: 11). Lalu, bagaimana cara memperoleh ilmu yang dapat menerangi hati kita dari kegelapan? Imam Syafi'i RA (wafat 204 H) ketika masih menuntut ilmu pernah mengeluh dan mengadukan suatu problematika kepada gurunya. Kata beliau, ''Wahai Guru, mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah dipahaminya?'' Lalu Imam Waki' RA (Sang Guru) menjawab, ''Ilmu itu ibarat cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.'' (Diwan al-Syafi'i). Oleh sebab itu, sudah sepatutnya bagi penuntut ilmu selalu berhati bersih, mempunyai perangai yang mulia, menjauhkan maksiat, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela (al-akhlak al-madzmumah) yang jelas-jelas tidak disukai Allah dan Rasul-Nya. Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari sifat tamak (rakus) terhadap urusan duniawi dan tidak pernah digunakan menzalimi sesama.

Minggu, 20 Januari 2013

Trah Mangir - Pembayun tertua di Tapos Depok : Kong Tahib Sesepuh Petani di Kelurahan Cilangkap Tapos





Lihat kong Tahib, masih gesit bekerja untuk memotivasi anak dan cucunya, masih mengikuti kegiatan penghijauan , menanam pohon terus dilakukannya, pantaslah kalau masyarakat segan dan tetap menghormatinya karena makin tua makin aktif dimasyarakat, disawah, di masjid padahal usianya sudah melebihi kepala 8.

Trah Mangir Pembayun di Tapos Depok : Kong Tahib , Petani sepuh yang banyak ilmunya

Masih giat bekerja, masih kuat mencangkul, salah satu sisa sisa trah Mangir yang mampu menceritakan hal hal detil tentang sejarah Kota Depok. Doanya makbul, seharusnya para calon anggota legislatif banyak berkunjung ke Kong Tahib, biar jadi anggota beneran. Alamat beliau ada di Cilangkap Tapos Depok, RT 05 RW 07 Kp Banjaran Pucung.

Trah Mangir : Kong Tahib, Keturunan Sisa Pasukan Mataram di Tapos Depok

Berumur lebih dari 80 tahun, masih kuat bekerja di sawah dari pagi hingga sore tanpa makan, tubuhnya sudah mampu mengubah oksigen menjadi power, masih giat ke mesjid. Doanya sangat manjur khususnya bagi para pasangan yang belum dikarunia anak, alamatnya : Kp Banjaran Pucung RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depok. Dari Kong Tahiblah mengalir cerita tentang kisah kisah di Cilangkap, yang sebagian besar menjadi ide penulis untuk disampaikan kepada khalayak. Kebetulan penulis menyampaikan bahwa salah satu proses menciptakan anak saleh adalah ibu yang mengandung harus banyak bersilaturahmi kepada orang sepuh yang banyak beribadah, mungkin inilah yang dimaksudkan bahwa meminta doa kepada orangtua yang gemar beribadah doanya akan diijabahi oleh Allah.